Datang dan Pergi itu Biasa
Sunday, August 4, 2019
Add Comment
![]() |
Unsplash.com |
Sejenak saja pikiran ini teralihkan, ketika otak berusaha membangun imajinasi untuk dituangkan dalam sebuah karya abadi, sekejap didalam pikiran tergambar satu sosok yang menurut pandangan subyektif saya sangat cantik bak bidadari. Memang pikiran ini terlalu liar perihal imajinasi, terkadang tanpa dikendalikan pun otak bisa saja bermain dengan sendirinya.
Pikiran
ini mencoba untuk menutup imajinasi dan kembali menulis sebuah karya, tetapi
apalah daya diri ini terlalu lemah dan rapuh untuk tidak memikirkan seseorang
yang dipuja. Mungkin cuma satu cara untuk menutup imajinasi ini ; Menembakkan timah
panas tepat ditengah kepala dengan jarak lima sentimeter.
Untuk
seorang yang telah mengikat hati dengan seseorang yang lain, sepertinya akan
terlalu berat untuk tidak memikirkannya walaupun hanya satu detik saja.
“Ahhhh, diri ini terlalu lemah”
Terlalu
sulit untuk melepas ikatan hati yang telah lama dibangun bersama, yaa meskipun sebenarnya secara kesepakatan
sudah terputus, tetapi diri ini masih terlalu berharap dan sepertinya akan terus
mengharap.
Meskipun
kata “Putus” telah lama disabdakan,
tetapi iklim kasih sayang masih sering dirasakan, bahkan komunikasi pun masih terus
dilakukan.
Tidak
jarang, diri ini berjalan diatas aspal yang sama sembari ngobrol terkait masa depan, bukan masa depannya kita, tetapi lebih
tepatnya ngobrol masa depan diri
masing- masing.
Diri
ini masih ingat, ketika obrolan manis berlangsung, waktu itu ada sebuah janji
suci yang di bangun bersama.
“Sepertinya
km akan menjadi yang terakhir buat aku, dan aku akan menjadi yang terakhir buat
km”
Kata-
kata seperti itu akan memicu hormon dopamin (hormon kebahagiaan) di dalam tubuh
manusia dan akan memunculkan kebahagiaan, bahkan mungkin kadar hormon yang
diproduksi jauh lebih tinggi dari mencandu sabu ataupun ganja.
“Ohh begitu bahagianya hati ini”
Tetapi
waktu akan terus berjalan dengan sendirinya, pemikiran akan terus berkembang
begitupun hati. Seperti kata orang- orang liberalisme bahwa otoritas penuh manusia terdapat pada diri
mereka sendiri, tetapi saya sangat tidak setuju dengan prinsip seperti itu,
saya kira manusia tidak akan pernah memiliki otoritas akan hati, bahwa Tuhanlah
yang memiliki hak penuh untuk membolak- balikkan hati ini.
Seolah
bertemu dengan jalan bercabang, saya memilih sisi kanan dan dia memilih sisi
kiri. Berjalan, berjalan dan terus berjalan. Semakin kaki ini melangkah maka
kita akan semakin terpisah. Mata ini tidak akan pernah tau, jalan seperti apa
yang akan dilalui didepan, apakah kaki ini akan bertemu lagi dijalan yang sama
atau tidak.
Sangat
beruntung diri ini hidup di era digital dengan kemudahan media komunikasi yang
ditawarkan, dimanapun dan bagaimanapun keadaannya kita bisa tetap berkomunikasi,
hal ini pun membuat hati kecil ini berbahagia, walaupun terkadang dia pergi
tanpa komunikasi dalam waktu yang cukup lama.
Selalu
ada sisi berseberangan didalam hidup ini, misalnya saja kata kebahagiaan yang selalu berjalan
beriring dengan kata kesedihan. Hati
ini akan selalu bahagia ketika bisa berkomunikasi dengan mantan pujaan hati,
entah hanya sebatas menyapa atau mengingatkan sarapan dan memberikan ucapan
selamat malam. Sebaliknya, hati ini akan terasa teriris ketika tidak ada respon
komunikasi sama sekali.
Meskipun
terkadang datang dan pergi, tetapi hati ini tetap berusaha untuk selalu menjaga.
Ketika hati mulai nyaman dengan sangkarnya, seakan sulit berpindah tempat
walaupun ada banyak pilihan sangkar yang lebih bagus.
Dilematis?
Pasti, seperti itulah yang diri ini rasakan setiap melewati detik demi detik
waktu yang telah terlewati.
***
Pernah
merasakan hal seperti diatas? Seakan tubuh ini berada dalam situasi yang
membingungkan, antara maju atau mundur. Kedua pilihan tersebut pastinya ada
resiko yang diambil, memilih melupakan semua kenangan yang telah lama dibangun
bersama atau menunggu sembari merasakan sakitnya ketidak pastian.
Itulah
aspek kehidupan, selalu ada pilihan dalam setiap jalan. Tugas kita sebagai
seorang manusia hanya memilih jalan yang dirasa baik untuk diri kita,
selebihnya biar Tuhanlah yang menentukan.
So,
make a choice………
0 Response to "Datang dan Pergi itu Biasa"
Post a Comment