Perihal Membaca..
Tuesday, January 7, 2020
Add Comment
![]() |
Unsplash.com |
Sedikit
membuka kenangan lama yang mungkin telah usang dalam ingatan, jauh sebelum saya
menulis tulisan ini, ada masa dimana saya sangat addict dengan buku bacaan, entah sudah berapa lama saya hidup pada
waktu itu, tapi yang jelas saya masih suka menangis karena hal- hal sepele
seperti ketika temen- temen sekolah suka menjodohkan saya dengan perempuan yang
saya tidak suka, jujur waktu itu saya menangis. Tetapi yang terpenting bukan
itu, melainkan saya punya kebiasaan yang sangat membantu proses pertumbuhan
intelektualitas saya, yaitu perihal membaca…
Saya
hidup di sebuah desa yang ga pelosok banget (saya ulangi …. ga pelosok banget),
tetapi iklim literasi di desa saya sangat memprihatinkan karena mungkin akses buku
bacaan yang sangat susah pada waktu itu. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada abang-
abang penjualan mainan keliling serta book
seller yang tidak pernah bosan mengunjungi sekolah saya. Yaa meskipun buku- buku yang dijual
adalah buku KW/ Repro/ Bajakan,
meskipun demikian mereka telah mendedikasikan waktu, tenaga dan pikiran mereka
untuk budaya literasi di desa saya.
Berangkat
dari buku- buku kecil seharga 2000 an yang berisi kumpulan indoktrinasi agama
seperti azab dan siksaan neraka, dari situ mulai tumbuh minat baca disertai
dengan ketakutan akan dosa, cukup efektif saya kira untuk memupuk minat baca
serta indoktrinasi siksaan nerakanya hehe.
Tetapi bacaan- bacaan tersebut mulai membawa ku masuk kedalam kehidupan yang lebih
filosofis, yang selalu menumbuhkan pertanyaan dan keingintahuan akan banyak hal.
Seperti
halnya tanaman yang memiliki takdir untuk terus bertumbuh, keingintahuan saya
pun mulai tumbuh subur. Eksplorasi kedalam dunia aksara semakin hari semakin
lebih dalam, sampai akhirnya saya menemukan esensi dari quotes yang sangat familiar yaitu “Buku adalah jendela dunia”. Dari sebuah buku kita akan diajak
melihat kompleksnya dunia ini, dari sebuah buku kita akan disadarkan bahwa ilmu
pengetahuan memiliki kapasitas yang sangat luas, dan dari sebuah buku kita akan
diingatkan bahwa kita (manusia) adalah entitas yang sangat tidak tahu apa- apa.
Membaca
adalah sebuah proses menjadi. Dengan membaca, kita akan menjadi manusia yang
memiliki pemikiran terbuka dan memiliki sikap toleran terhadap berbagai macam
perbedaan. Bukan hanya itu, aktivitas membaca juga memiliki manfaat mengurangi
stres, hal ini diperjelas oleh para peneliti di University of Essex yang
mengatakan bahwa membaca selama kurang lebih 30 menit bisa lebih efektif
menghilangkan stres daripada mendengarkan musik atau minum teh.
![]() |
Unsplash.com |
Membaca
atau dalam hal ini membaca buku adalah salah satu kegiatan yang sangat
membosankan untuk mayoritas orang di Indonesia. Premis ini didukung oleh adanya
fakta penelitian dari UNESCO (The United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) tahun 2012 yang
menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari 61 negara
di dunia. Minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan yaitu sebesar 0,001%
artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca buku.
Sangat
mengagumkan bukan? Betapa memprihatinkannya tingkat literasi di Indonesia,
makanya kita tidak pernah heran jika di era digital ini banyak sekali hoaks
menjamur dimana- mana. Penyebab hoaks yang paling mendasar adalah kurangnya tingkat
literasi bangsa ini, oleh karena itu otak kritis pun akan semakin tumpul.
Tingkat literasi seseorang sangat berhubungan dengan cara orang tersebut
mengkritisi suatu hal, oleh sebab itu semakin banyak kita membaca maka sudut
pandang yang kita miliki pun akan semakin luas.
Keahlian
membaca dan minat membaca adalah dua hal yang sangat berbeda, kesalahan yang
selama ini mengakar adalah jika seseorang sudah ahli dalam membaca maka sudah
selesai lah untuk mempelajari perihal literasi. Padahal ada yang lebih penting
yang harus dipupuk setelah keahlian membaca sudah terpenuhi, yaitu memupuk
minat baca. Untuk membuat seseorang minat dalam membaca, perlu adanya kesadaran
paling dasar yaitu dari keluarga. Keluarga merupakan sekolah non- formal
pertama sebagai tempat pembentukan pola pikir, etika, dan budaya terutama
budaya membaca, oleh karena itu perlu adanya pengenalan buku terhadap anak
didalam ranah keluarga.
Duta
baca Indonesia Najwa Shihab pernah membuat quotes
inspiratif terkait dengan membaca, “Cuma
perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca, cari buku itu, mari jatuh
cinta”. Ada banyak sekali buku ditelurkan setiap tahunnya dengan berbagai
macam genre, dari mulai fiksi, non-
fiksi, biografi, sejarah, filsafat, dan masih banyak lagi. Dengan berbagai
macam jenis buku yang sudah ada, kita akan sangat gampang untuk memilih buku yang
ingin dibaca sesuai dengan preferensi yang kita miliki, cari buku yang sesuai passion kita, lanjutkan dengan cara
membaca setiap kata demi kata, seterusnya cinta dengan buku akan mulai
bertumbuh. #M.Si
0 Response to "Perihal Membaca.."
Post a Comment